-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Semua Tulisan yang kurang bagus ini hanyalah sebuah proses belajar untuk memahami realita diriku dan dunia luar. Selamat menyelam dalamnya lautan ideku dari sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang yang bisa saja objektif dan bisa pula subjektif. Kebenaran hanyalah Milik Allah Subhana Wa Ta'ala semata. Semoga tulisan-tulisan dalam blog ini Bermanfaat bagi kita semua. aamiin
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

O P I N I

15 Oktober, 2007

KAPITALISME Vs SOSIALISME
-Cahaya Islam Terjepit Ideologi Barat-
Oleh : Roe Salampessy

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern sangat membantu bagi kemudahan hidup manusia, pekerjaan yang semula sulit dan berat kini menjadi mudah dan ringan. Perjalanan yang semula lama dan melelahkan, kini menjadi singkat dan nyaman. jarak antar tempat yang semula jauh, kini menjadi dekat sehingga bumi yang semula luas seakan kampung yang sempit dan sesak. walaupun bukan rahasia lagi bahwa seiring dengan perkembangan itu terjadi kerusakan dimana-mana, mulai dari krisis energi, rusaknya sistem dan ekosistem, sampai pada terjadinya proses dehumanisasi hingga yang lebih radikal lagi adalah ketidak percayaan masyarakat modern akan kekuasaan Tuhan, karena lebih menuhankan teknologi dan akal mereka sendiri.

Terlepas dari terjadinya krisis-krisis tersebut, jangan lantas kita menyalahakan kemajuan zaman yang begitu cepatnya. toh kita semua yang hidup dijaman ini juga sedang menikmati kepintaran manusia-manusia yang telah membuka jalan bagi perubahan sosial atau budaya ke arah yang lebih modern. yang perlu kita renungkan saat ini adalah ternyata kita umat Islam hanyalah menjadi penonton dan pembeli dari kemajuan ini. Lihatlah era Globalisasi sekarang yang ditandai dengan semakin gesitnya persaingan keunggulan antar bangsa, ras, dan umat. ternyata umat Islam hanya menjadi "the loser" dalam segala medan pertandingan; baik politik, ekonomi, sosial budaya, maupun akademik. kita semakin kalah dan tersingkirkan. mungkin salah satu sebab dari beraneka sebab adalah sistem pendidikan yang tanpa arah jelas, yang akhirnya melahirkan generasi-generasi malas, tidak kreatif, dan reaktif.

Kembali pada krisis dijaman modern ini, kerusakan-kerusakan yang timbul akibat penyalahgunaan teknologi mungkin bisa dieliminisir dengan menciptakan teknologi-teknologi baru yang ramah lingkungan. Namun kerusakan pada cara pandang (ideologi) manusia dalam perubahan sosial ditengah zaman ini tentu sangat sulit untuk dilakukan, mengingat pengaruh ideologi ini sudah sangat berakar dalam pandangan masyarakat barat dan sebagian masyarakat muslim. Dalam kehidupan masyarakat maju saat ini ada dua Ideologi yang paling berpengaruh dalam mengawal perubahan sosial yakni Kapitalisme dan Sosialisme. Masing-masing ideologi ini pun terdapat perbedaan sudut pandang tentang makna material dan spiritual, sehingga perubahan yang ingin dicapai pun sudah barang tentu tidak sama. Implementasi perubahan yang dilakukan kedua Ideologi ini pun pada kenyataannya terlalu bertumpu pada perubahan material, sesuatu yang sangat tidak disetujui oleh ajaran ISLAM. Menyingkirkan wilayah Teosofik dan metafisik (maksudnya wilayah agama) dalam interaksi sosial keseharian masyarakat. Mereka beranggapan bahwa masyarakat yang berpikiran cenderung keagamaan (religius) tak ubahnya dengan masyarakat purba/primitif yang tingkat intelektualnya sangat rendah. Karl Marx dalam bukunya Dies kapital menyususun ide-ide KAPITALIS, dan kemudian menyuarakan kepada dunia intelektual bahwa Agama tak ubahnya candu, dan mengutuk agama sebagai sampah primitiv. Apa yang dikatakan Marx mungkin benar bagi sebagian orang yang hidup dengan doktrin ajaran-ajaran agama yang ortodoks dan selalu mengekang kemajuan zaman. Tentunya ungkapan kemarahan Marx bukan ditujukan kepada Agama Islam, mengingat kehidupan Marx ditanah Eropa waktu itu berbarengan dengan arogansi Gereja selaku pemegang kekuasan tertinggi agama Kristen yang berlaku sewenang-wenang terhadap para Ilmuwan dan para intelektual. Jadi sesungguhnya ide-ide Marx ini lebih kepada perlawanan terhadap otoritas Gereja.

Penerimaan masyarakat modern terhadap kedua Ideologi ini tentunya sangat fenomenal, walaupun disana-sini terdapat krisis, toh dua ideologi inipun tetaplah ideologi besar yang sangat dominan dan berpengaruh terhadap perubahan masyarakat. Secara garis besar mungkin Islam tidak sejalan dengan cara pandang kedua Ideologi ini, tapi kita umat Islam khususnya tengah hidup ditengah-tengah pengaruh dan kekuatannya. Kita bukan saja terperangkap, tapi justru jadi bulan-bulanan arogansinya.
Mungkin ada baiknya digambarkan sedikit tentang kedua Ideologi ini, karena menjustifikasi sesuatu tanpa tahu seluk beluknya merupakan pelecehan terhadap ilmu pengetahuan.

KAPITALISME
Kapitalisme merupakan sebuah landasan ideologi yang sangat individualistik dalam pemenuhan kebutuhan dan kepentingannya dan sekaligus pemenuhan kebutuhan masyarakatnya. Alasanya, karena individu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Dan Untuk mengoperasionalkan sistem yang sangat individualis ini, ia harus di motivasi oleh norma-norma kebebasan dalam politik, ekonomi, intelektual, pribadi, dan sebagainya. Kebebasan ekonomi misalnya yang digambarkan oleh kapitalisme adalah dengan memberikan hak kepada siapa saja untuk melakukan kegiatan dalam bidang usaha. tidak menjadi soal, apakah aktivitas ekonomi tersebut memberikan berkah atau tidak kepada masyarakat. Lihat juga kebebasan intelektual yang diusung oleh Ideologi ini, katanya orang bebas mempercayai doktrin atau ajaran-ajaran sesuai dengan minat intelektualnya. yang akhirnya meniadakan Tuhan dalam setiap aktivitasnya.

Nah..dari sosok masyarakat Kapitalis seperti diatas apa yang bisa diharapkan? Memang, revolusi sains dan teknologi telah melahirkan mesin-mesin industri raksasa yang kemudian menggusur teknologi rakyat kearah kebangkrutan. Tak dapat dielakan, hanya orang-orang kuat dan kaum bermodallah yang mengambil keuntungan dari revolusi ini dan sebagai dampaknya adalah tergusurnya para kaum marginal. Coba bayangkan masyarakat yang dilahirkan oleh sistem ideologi ini (Kapitalisme) tentunya masyarakat yang pikiran dan hatinya di amuk "nafsu penjajah". Amerika Serikat mungkin adalah contoh kecil dari sekian banyak Negara-negara berhaluan Kapitalis ini.

SOSIALISME
Sama seperti kapitalisme konsep Ideologi ini juga menyingkirkan wilayah agama (religius) dalam interaksi sosial masyarakatnya, secara intelektual konsep ini dikondisikan untuk mengabdi kepada proses dan jenis produksi, namun konsep versi Marxisme ini mengalami kesulitan untuk menjelaskan fakta sejarah sebab dalam mewujudkan cita-cita sosialnya, manusia memiliki sesuatu yang lain, yaitu kreativitas. manusia butuh kreativitas untuk bertahan hidup dalam setiap langkahan zaman yang berbeda. Masyarakat yang menganut ideologi ini terlalu bangga dengan kesejahteraan material dalam sistem pembangunannya, sehingga mereka mengklaim bahwa cara kerja dari sistem ini adalah benar. namun sebenarnya, terdapat suatu belenggu yang mendominasi individu-individu atas nama kepentingan sosial. Coba perhatikan cara kerja dari sistem ini, segala kegiatan perekonomian berada dalam kekuasan negara. Akibatnya, lenyaplah eksistensi dan kreativitas individu. contoh kasus adalah negara Cuba dibawah pemerintahan Fidel Castro yang menerapkan sosialisme sebagai ideologi negaranya. Sepintas kita melihat kesejahteraan material orang perorang terjamin, karena pemerintah memiliki seluruh kekayaan negara; tetapi siapakah yang dapat memberikan harga material terhadap kebebasan?

Berkaca dari kedua Ideologi diatas tentunya kita melihat adanya ketimpangan-ketimpangan yang ada dalam setiap perumusan ide-idenya. Namun seperti apa yang saya kemukakan diawal, bahwa inilah dua Ideologi yang sedang menjajah dunia Islam lewat pemikiran-pemikiranya yang Atheisme. sama pula seperti apa yang saya katakan diatas bahwa kita umat Islam hanyalah jadi penonton di kemajuan zaman ini karena sistem pendidikannya yang kurang bagus. Intelektual-intelektual kita digodok dan di bius oleh pemikiran-pemikiran barat sehingga muncul keraguan terhadap konsepsi-konsepsi yang ada dalam ajaran Islam. Gejala ini diperparah dengan sedikitnya "pemimpin Islam" yang berusaha memperbaiki keadaan sehingga kemerosotan moral para Intelektual dan terjadinya Deislamisasi melalui program pendidikan tak dapat dielakan.

Kita tidak bisa pungkiri dominasi barat dalam semua dimensi kehidupan peradaban umat manusia, dan ini menjadi tantangan buat kita sebagai umat Islam untuk mencoba mengaktulkan kembali eksistensi Islam sebagai suatu ajaran yang unggul dan kafah. memang susah dan sangat susah hidup ditengah-tengah membanjirnya paham Kapitalis dan Sosialis. walaupun begitu keadaannya kita tentunya harus tetap optimis dan yakin ditengah-tengah minimnya keyakinan. Semoga....(ROE)

R E N U N G A N

14 Oktober, 2007

MAKRIFATULLAH
(mengenal Allah lewat sebuah persepsi)
#Roe Salampessy


(Tulisan ini terinspirasi ketika penulis berdialog dengan seseorang yang katanya telah mencapai tingkatan Ma'rifat dalam kehidupan agamanya, padahal perilaku ataupun kesehariannya sungguh membuat penulis terheran-heran. Dia tidak pernah melaksanakan kewajiban Shalat lima waktu, dan katanya dia memiliki ilmu kekebalan tubuh dan ilmu-ilmu lainnya. Saya hanya diam mendengar penjelasannya tentang Makrifat (mengenal Allah) dengan persepsi dia sebagai seorang Muslim berhaluan adatisme)

''Ya Allah apabila cara mengenalMU (bermakrifat) seperti ini, sungguh hina sekali AgamaMU dilecehkan, sungguh tahayul sekali perintah-perintahMU dan sungguh tidak rasional sekali keagunganMU... Ya Allah bila cara mengenalMU hanya lewat bimbingan Al'Qura'an, maka perkuatlah agamaMU dengan orang-orang yang berpikir) "Doa'ku"

Dari asal katanya Makrifatullah berarti mengenal Allah. Makrifat kepada Allah merupakan Hal yang sangat mendasar dan harus diketahui oleh setiap muslim, kebenaran persepsi tentang siapa Allah (sebagai Tuhan) akan menuntun seseorang kepada kebenaran penghambaan dan permohonan kepada Tuhannya. Orang yang mengenal Allah dengan benar tentu akan sangat berbeda sikapnya dengan orang yang yang tidak paham terhadap Allah. Karena Mengenal Allah dengan baik dan benar merupakan sumber kebaikan dan rahmat.

Saya sering melihat dan mendengar persepsi yang salah dalam masyarakat kita tentang siapa Allah (sebagai Tuhan). Ada yang mempersepsikan Tuhan seperti halnya mahkluk-Nya sehingga diberi makan lewat sesajen, atau melakukan ritual keselamatan dengan menggunakan tumbal, hingga pengultusan seseorang dalam hal sifat Illahiah (memberi rezeki, memberi keselamatan,dll). Karena minimnya pengetahuan mereka tentang Allah (Sebagai Tuhan) ini, sehingga lahirlah budaya-budaya ataupun tradisi-tradisi aneh dalam mempersepsikan siapa Tuhan mereka. Ketidakpahamahan tentang siapa Allah (sebagai Tuhan) adalah akibat adanya kesalahan dalam mengenal siapa itu Allah. Kalau semua orang bebas berkehendak dalam bentuk pengenalan terhadap Allah, akan sangat beragam pula pengetahuan orang tentang Allah tergantung kemauan dan keinginan masing-masing.

Kesalahan persepsi ini biasanya dikarenakan sumber informasi yang salah, padahal sumber yang benar untuk mengetahui siapa Allah hanyalah lewat informasi yang diberikan Allah kepada kita; dari Kitab-Nya lewat Rasul-Nya, dan tidak ada informasi apapun selain Kitab-Nya yang bisa dijadikan rujukan untuk mengenal-Nya. Jika kita mempersepsikan sesuatu sesuai dengan persepsi kita, tentu tidak akan menemukan pada siapa sebenarnya objek yang kita sebut tadi. Kita akan mengerti betul objek itu kalau ada informasi yang berasal dari objek tersebut. Cobalah buka Al Qur'an dan carilah informasi-informasi tersebut. Sebagai contoh, dalam Surah Al fatihah Allah menyebut diriNya Rabb, sedangakan dalam surah An Naas, Allah menyebut diriNya Malik dan Ilah.

Dengan memahami Allah sebagai Rabb, Allah sebagai Malik dan Allah sebagai Ilah, kita akan mengerti siapa sesungguhnya Allah! Bila kita sudah memahami siapa Allah dengan benar, tidak akan ada keberatan bagi kita untuk tunduk pada perintah-Nya, patuh kepada-Nya dengan pengabdian dan penghambaan total kepada-Nya. Salah satu contoh ; Allah memerintahkan Shalat lima waktu - dengan gerakan seperti yang diajarkan oleh Rasul-Nya. Tentu kita harus mengikuti perintah itu secara total tanpa harus mencari persepsi-persepsi yang lain, misalkan dengan persepsi yang aneh tentang kemungkinan tidak perlu dilakukannya shalat dengan gerakan-gerakan tersebut, hanya cukup dengan duduk-duduk saja karena sudah mencapai tingkatan makrifat (mengenal rahasia Allah). Bukankah dengan mencoba metode lain sama seperti pembangkangan terhadap perintah-Nya dan pelecehan terhadap apa yang dianjurkan-Nya. Seharusnya bila kita telah mengenal Allah, maka perintah dan larangan-Nya, serta hukum-hukum-Nya harus kita Patuhi dan taat secara totalitas.

Allah SWT mengutus Rasul-Nya untuk menyampaikan sebuah Risalah dari-Nya. Metode yang dipakai untuk mengenal Allah tentulah harus mengikuti Rasul-nya. Menurut hemat saya, metode berbeda yang dipakai untuk mengenal Allah oleh seseorang yang saya ajak berdialog tersebut sungguh bertentangan dengan akal sehat saya sebagai seorang hamba Allah yang berpikir. Ditengah kemajuan Zaman dengan teknologi yang begitu canggih, saya sungguh terheran-heran ada persepsi yang sesempit itu, memposisikan Islam seolah-olah Agama Islam adalah sekumpulan ajaran Khurafat, ajaran Mistik, dan ajaran Takhayul. Persepsi seperti itu sama artinya dengan memudahkan musuh-musuh Islam untuk mengobrak-abrik ajaran suci ini (ISLAM). Coba bayangkan, bila semua Negeri Islam di dunia ini mempersepsikan Islam dan Allah seperti ini, apa jadinya dunia Islam nanti, Kehancuran Islam tinggal menunggu waktu diinjak-injak oleh kebodohan dan kekufuran umatnya sendiri. Atau jangan-jangan dunia Islam telah hancur?

Masih banyak hal yang perlu ditela'ah dalam memahami persolan Makrifat ini. Banyak cara yang dilakukan oleh pencari-pencari kebenaran, ada yang memutus kehidupannya dengan dunia, berkelana kesana-kemari, hingga membaca buku-buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh pendahulu yang katanya telah mengenal Allah dengan metodenya. Terlepas dari benar tidaknya tindakan tersebut, bagi saya hal itu sah-sah saja sepanjang dia tetap menggunakan akalnya dalam mencari proses kebenaran tersebut. Tapi seperti apa yang saya sampaikan diatas, sebaiknya carilah kebenaran untuk bermakrifat (mengenal Allah) lewat Al'Quran sebagai satu-satunya sumber. Satu contoh yang sering Allah informasikan lewat Al Qur'an adalah renungilah penciptaan langit dan bumi, serta perhatikanlah pergantian siang dan malam, atau perhatikanlah dirimu sendiri (manusia), sesungguhnya disitu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berpikir. Allah sengaja menyampaikan keberadaan-Nya lewat tanda-tanda kekuasaa-Nya. Disitulah kita dituntut untuk berpikir dengan kebesara-Nya dan kemudian merasakan kehadiran Allah dalam setiap aktifitas kehidupan kita.

Akhirnya, penulis dengan segala keterbatasan Ilmu hanya mampu mengenal Allah dengan persepsi yang demikian. Buat penulis, Allah adalah Penguasa Semesta Alam (Rabbilalamin), Rajannya Manusia (Malikinaas), dan Tuhannya Manusia (Ilahinaas). Dan hanya kepada Allah lah penulis meminta pertolongan, rezeki, dan bersyukur atas nikmat Islam yang telah diberikan. Dan buat siapa saja yang membaca tulisan ini kiranya dapat memberi masukan untuk kesempurnaan Iman dan Islam penulis. Wallahualam bishawab. (ROE)


R E N U N G A N

11 Oktober, 2007

PENDUSTA-PENDUSTA AGAMA
Oleh : Roe Salampessy

‘’Tulisan ini didedikasikan buat orang-orang yang dalam hidupnya selalu ada beban duka, kesedihan, penderitaan, dan susahnya menjadi orang-orang miskin”

“Tahukah Kamu orang yang mendustakan Agama, yaitu orang yang menolak hak anak yatim, dan tidak menganjurkan (manusia) untuk memberi makan orang Miskin, maka Kecelakaanlah bagi orang-orang yang Shalat, yaitu mereka yang melalaikan shalat mereka, yang berbuat riya, dan enggan memberi pertolongan kepada orang lain” (QS’Al’maun, 1-7)
Kalimat agung di atas sengaja dikutip agar kita mau berbagi, saling menolong, dan tentunya selalu menjadi hamba-hamba ciptaan Tuhan yang berpikir.

Makna yang terkandung di dalam ayat ini sangatlah komprehensif dan realistis, diawali dengan sebuah pertanyaan? “Tahukah Kamu” yang memang sengaja ditujukan kepada manusia yang secara cultural adalah mahkluk berpikir.
Setidaknya ada beberapa hal di dalam ayat tersebut yang perlu kita renungi, yaitu orang-orang yang shalat tapi dikatakan lalai dan mendustakan agama hanya karena menolak hak anak yatim dan tidak memberi makan orang miskin, serta enggan memberi pertolongan kepada orang lain. Sebuah penegasan dari Maha Pencipta bahwasanya Manusia bukan hanya mahkluk individu tapi juga mahkluk sosial, yang diwajibkan untuk saling tolong menolong, memberi, membagi dan membantu.

Namun sangat paradoks dengan realitas di negeri ini, hati terasa tersayat-sayat tatkala melihat masih banyak orang-orang miskin yang terlantar dan tidak mempunyai tempat tinggal, anak-anak yatim yang hidupnya sebatang kara yang akhirnya turun ke jalan hanya untuk sesuap nasi dan seteguk air, hingga orang-orang sakit yang tak punya cukup dana, yang terus berjuang melawan penyakitnya hanya bermodalkan semangat untuk bisa bertahan hidup. Sebuah pemandangan yang kontradiktif bukan!, mengingat bangsa ini adalah bangsa dengan jumlah muslim terbesar di dunia, bahkan negeri inipun dipimpin oleh orang-orang muslim yang notabenenya adalah orang-orang terpelejar yang rajin shalatnya. dan konon jamaah haji tersbesar tiap tahunnya adalah dari negeri kita ini. Sungguh aneh tapi nyata (Apa iya? orang-orang muslim di Indonesia tidak pernah tahu! ada perintah dalam Kitab mereka yang menganjurkan untuk memperhatikan golongan Fakir miskin dan anak yatim). Dengan demikian, tidak berlebihan pula bila saya katakan bahwa bangsa ini juga adalah Bangsa pendusta agama terbesar didunia. Agak Klimaks mungkin, tapi fakta yang terlihat di depan mata kita adalah demikian adanya, menurut laporan sebuah LSM bahwa 55% masyarakat Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan, angka yang sangat mengagetkan!, bangsa yang terkenal sejak dahulu dengan sumber daya alamnya yang berlimpah ruah ini, ternyata sebagian masyarakatnya masih hidup menahan lapar, hidup tanpa rumah bahkan hidup tanpa pakaian. Sungguh ironi memang, tapi inilah kondisi sosial bangsa kita yang tercabik-cabik oleh matrealistik kapitalis sehingga masyarakatnya hidup terkotak-kotak menurut status sosial dan terbagi-bagi dalam beberapa golongan. Kesenjangan sosial terjadi dimana-mana. Di satu sisi, para penguasa, pejabat dan orang-orang kaya asyik menikmati kekayaan berlimpah ruah, berwisata keliling dunia, menikmati hotel-hotel berbintang, dan mengoleksi mobil-mobil mewah, di sisi lain si budi kecil dengan keringat menetes disekujur tubuhnya berjalan menjajakan korannya demi si ibu yang sakit keras terlentang di antara bilik-bilik gardus di bawah sebuah jembatan tol, atau mereka yang tidurnya tidak nyenyak karena isi perutnya kosong kerontang, atau tengoklah mereka petani-petani miskin didesa yang bekerja siang malam tanpa mengenal lelah demi perut-perut anda yang ada dikota, atau kuli bangunan yang bekerja tanpa pamrih membangun istana-istana yang anda tempati. Sadar atau tidak, semua yang anda miliki itu tidak lepas dari jerih payah mereka-meraka yang anda tolak haknya (hak mendapat pendidikan, pelayanan kesehatan dan hak kenyamanan timpat tinggal), yang anda rampas kebebasannya, yang anda injak-injak harga dirinya, toh dengan ihklas mereka tetap melayani anda-anda yang kaya dan berkuasa. Sadarkah bahwa tuhan telah menjamin sendiri dalam firmannya bahwa doa mereka-mereka yang teraniaya yang sering terampas haknya ini, akan langsung dikabulkan. Coba renungkan sendiri apa jadinya kalau ribuan atau jutaan orang miskin dan anak-anak yatim yang menghuni negeri ini mengangkat tangan ke langit seraya berdoa “Ya Allah berilah pelajaran kepada mereka-mereka yang telah menganiaya kami”. Saya sempat berargumen bahwa bencana yang menimpa bangsa ini dari waktu ke waktu adalah teguran keras dari Tuhan yang maha kuasa, karena doa dari mereka-mereka yang teraniaya dan dirampas haknya ini. Wallahu’alam bishawab, Hanya Allah yang tahu.

Pendusta Agama, dua kata yang di asosiasikan Tuhan buat mereka yang bermental seperti ini (penguasa bejat, pejabat-pejabat rakus serta orang-orang kaya riya) yang tidak suka memberi pertolongan kepada orang lain dan menolak hak-hak anak yatim. Sepintas kita ketahui bahwa Negara ini telah memiliki UUD yang mengatur akan hak-hak anak yatim dan orang-orang miskin terlantar yang tertuang dalam pasal 33 UUD 45, namun apa yang terjadi hanyalah slogan kosong dalam UUD yang tidak pernah di implementasikan. Kucuran dana dari pemerintah buat rakyat miskin melalui beberapa programnya hanyalah bersimpat simpati dan terkesan memanfaatkan kalangan akar rumput ini sebagai jalan politiknya untuk mencari dukungan. Mereka (rakyat miskin) ini sebenarnya tidak membutuhkan rasa simpati kita untuk mengasihani mereka, tapi lebih ke rasa empati yang dalam, yakni rasa saling memiliki, saling berbagi, dan membutuhkan. yang mereka butuhkan adalah penguasa-penguasa yang mau turun kebawah ikut merasakan penderitaan mereka, ikut merasakan akibat dari naiknya harga-harga barang, ikut merasakan susahnya menjadi orang-orang yang tidak bernasib baik dan beruntung seperti mereka yang duduk manis di kursi-kursi kekuasaan.
Sebuah kejadian di Ibu kota yang saya baca di harian surat kabar, mungkin akan membuat kita terenyuh, “seorang ibu tua warga miskin Jakarta yang menderita kanker payudara keluar masuk rumah sakit untuk memperoleh pengobatan gratis karena yang bersangkutan tidak memiliki cukup dana untuk berobat, tapi alhasil apa yang didapatnya hanyalah hinaan, cemoohan dari petugas rumah sakit yang sungguh dengan arogan mengatakan bahwa warga miskin tidak diberikan pelayanan gratis. Dengan perasaan sedih dan malu si ibu tua berlalu berharap kiranya ada yang mau membantu. Alhamdulillah, sebuah rumah sakit mau membantunya dengan perantara sebuah LSM”. (kompas, 01.10.07). Terenyuh memang, benar-benar terenyuh. Saya jadi teringat seorang pejabat negara yang masuk rumah sakit beberapa waktu yang lalu, dilayani bak seorang raja. Karangan bunga tanda simpati berdatangan dari berbagai tempat. Dari kolega, pengusaha, simpatisan, sampai pejabat-pejabat besar Negara ini. Tidak adil, itulah satu kata yang tertanam dalam benak kita sebagai orang-orang yang tidak memiliki apa-apa ini. Ada benarnya juga slogan atau iklan yang pernah marak di televisi akhir-akhir ini ”orang miskin dilarang sakit, dan orang sakit di larang miskin”.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan penguasa ataupun orang-orang kaya yang hidup dibumi pertiwi ini, namun lihatlah sejenak Firman Tuhan di atas sana, yang memang ditujukan buat golongan berada (kaya), yang dengan sikap arogan, sombong, riya, dan lalimnya tak pernah mau melihat kebawah (golongan tidak berada). Bukankah Tuhan mengatakan bahwa dengan bersedekah harta kita tidak akan berkurang, karena rezeki akan selalu datang sebagai imbalan atas kemuliaan jiwa kita dalam mendermakan sebagian harta. Ataukah dengan sangat arogan anda mengatakan bahwa Tuhan telah berbohong, karena menurut teori ekonomi yang diciptakan oleh logika manusia bahwasanya “pengeluaran uang yang tidak mendatangkan pemasukan adalah tindakan merugikan dan akan memangkas kekayaan”, suatu teori yang diciptakan oleh orang-orang Kafir yang terkenal dengan paham matrealistis dan kapitalisnya, padahal cobalah tengok sejenak kehidupan orang-orang ini, bagaimana mereka menghambur-hamburkan uang berjuta-juta rupiah hanya untuk sebuah kesenangan sesaat yang tak ada akhirnya, berapa puluh juta yang telah dikeluarkan hanya untuk mencicipi sebotol sampagne asli buatan Italia, atau berapa ratus juta yang telah dikeluarkan hanya untuk tidur beberapa hari di hotel berbintang lima, berapa milyar lagi yang harus dibayar hanya untuk menikmati kunjungan kerja di berbagai belahan dunia, atau yang lagi marak akhir-akhir ini, para anggota dewan (wakil rakyat) Kabupaten maupun Propinsi yang meminta pesangon sampai ratusan juta Rupiah. Cobalah bayangkan dengan nalar kita, berapa Milyar atau trilyunan rupiah yang dihamburkan oleh mereka (penguasa bejat, pejabat rakus, orang-orang kaya)
dalam setahun,dua tahun, tiga tahun dan seterusnya. tentulah nilainya tak terhingga, mengingat yang melakukan bukanlah satu orang atau satu kelompok, tapi beribu-ribu orang kaya yang menghuni negeri ini. Saya yakin dana yang dipakai untuk kesenangan sesaat ini bila dikumpulkan akan mampu membangun rumah-rumah tipe standar bagi 55% orang-orang miskin se Indonesia, atau cukup untuk membiayai pendidikan anak-anak putus sekolah yang tidak mampu secara finansial, atau bahkan lebih untuk dibagi-bagikan buat mereka (orang-orang miskin) untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Tentunya harapan kita ini akan selalu bertolak belakang dengan arogansi mereka-mereka yang kaya dan punya kekuasaan ini, lebih baik hartanya dihambur-hamburkan kemana saja dari pada didermakan buat orang-orang miskin dan anak yatim.

Memang benar apa yang dikatakan Tuhan, begitu banyak orang yang lalai dalam shalatnya, sehingga dilabeli sebagai Pendusta-pendusta Agama. Padahal apa yang dicontohi oleh Rasulullah dan sahabat-sahabatnya semasa memimpin umat ini pada masa-masa awal kejayaan Islam adalah teladan bagi kita di masa sekarang ini, bagaimana Rasulullah dengan rasa simpati dan empatinya begitu sayang terhadap mereka-mereka yang kurang beruntung ini, beliau bukan saja memberi bantuan materi tapi sekalian turun kebawah ikut merasakan penderitaan mereka, hidup bersama mereka, menghibur mereka dikala sedih karena beban duka yang menimpa, dan tetap memperhatikan hak-hak mereka sebagai fakir miskin dan anak yatim. Atau apa yang dilakukan oleh sahabat nabi Abu bakar as’syidik, dengan memerangi orang-orang yang engan membayar zakat. Lihat pula ketulusan hati Umar bin Khatab ketika menjadi Khalifah yang dengan pundaknya sendiri memikul sekarung gandum untuk diberikan kepada sebuah keluarga miskin dipinggiran kota Madinah. Ataupun sahabat-sahabat nabi lainnya yang dengan ikhlas mendermakan sebagian hartanya demi kepentingan dan hak anak-anak yatim serta orang-orang miskin yang terlantar. Semua teladan yang di implementasikan oleh nabi dan sahabat-sahabatnya ini adalah sebuah manifestasi dari sebuah kekayaan jiwa nan luhur yang bermisi untuk mensejajarkan semua manusia dalam kehidupan bermasyarakat atau bernegara, tidak mengkotak-kotakan mereka dalam kasta-kasta ala hinduisme, dan menghilangkan kesenjangan sosial diantara si kaya dan si miskin, serta sebagai pondasi untuk membangun sebuah Negara atau masyarakat madani yang berlandaskan ketuhanan yang maha esa (Tauhid), keadilan sosial, dan kemanusiaan (humanisme). Sejarah mencatat bahwa kejayaan Islam pernah mencapai puncaknya dibawah pemimpin-pemimpin umat yang amanah dan orang-orang kaya yang suka mendermakan hartanya.

Kita tentu terperanjat dengan berbagai paradigma kehidupan dewasa ini yang cenderung matrealistis, hedonis, dan kapitalis. Sehingga melupakan ajaran-ajaran luhur yang ada dalam kitab suci. Contoh diatas adalah sebuah realita yang ada dihadapan kita. Saya bukannya terlalu idealis dan sok alim dalam memaparkan kondisi umat saat ini, namun kita tentunya tidak ingin bangsa ini sering kali ditegur oleh Allah dengan berbagai cobaan yang datang bertubi-tubi, karena sering lalai untuk hal-hal yang dianggap sepele. Sungguh pragmatis memang, hidup berlandaskan ayat-ayat Tuhan ditengah hegemoni budaya-budaya barat yang matrealistis kapitalis. Sifat individualistik berakar dalam setiap pergaulan sehari-hari, sehingga melupakan Ukhuwah Islamiyah yang diajarkan Rasulullah. Kalaupun ada persaudaraan hanyalah persaudaraan kelas sosial dan golongan, bukanlah persaudaraan yang timbul karena rasa sayang dan saling memiliki.

Akhirnya, marilah kita tundukan kepala sejenak dibulan yang penuh rahmat ini, merenungi setiap ayat-ayat Tuhan yang ditujukan kepada kita manusia sebagai mahkluk berpikir. Tentunya dengan jalan memaknai setiap apa yang tertuang dalam kitab suci kemudian mencoba untuk di aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kepada para penguasa dan pejabat-pejabat serta orang-orang yang diberi rezeki lebih, takutlah kepada Tuhan. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah tidur, Tuhan maha kuasa dan Tuhan maha tahu segalanya. Dan hanya kepadanyalah tempat kita kembali.
Dan kepada mereka-mereka yang selalu hidup dalam bayang-bayang kemiskinan. Bersabarlah, sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang sabar dan selalu berbuat kebaikan.

dan tentunya kepada saya pribadi, jadikanlah hikmah ini sebagai bahan renungan untuk bisa memperbaiki diri di hari-hari yang akan datang. Insya Allah. Wallahu’alam bishawab. (Roe)