Tzuraya
Cinta adalah ketika kuat kaurasakan kehadiran Tuhan dalam diri pasanganmu.
- @Sudjiwotedjo Quotes -
Pada suatu senja dibulan Juni, pernah ada gemericik rintik hujan menerpa nuraniku, melambungkan imajinasiku kepuncak khayalan. Aku menembus dimensi ruang dan waktu, lalu melihat gambaran lain kehidupanku kelak. Ada Bidadari bermata bening yang selalu menungguiku setiap sore dan membuatkanku secangkir cappucino hangat. Dia adalah Tzuraya, begitulah aku sering memanggilnya. Seseorang yang ditakdirkan hadir dalam hidupku lewat sebuah pertemuan yang tak pernah disengaja setahun lalu disebuah bioskop.
Hidup adalah pilihan, seperti gerimis bulan juni yang memilih senja untuk mengekspresikan eksistensinya, juga seperti aku yang memilih rerintikan hujan untuk mengeksistensikan keberadaanku di senja itu dengan secangkir cappucino hangat buatan Tzuraya.
Pada hari itu, tepatnya dipertengahan bulan Juni. Seperti kebiasaan Tzuraya ketika menungguiku pulang di sore hari, secangkir cappucino sudah disiapkannya untukku. Sore itu cuaca sedikit mendung, pertanda akan hujan sebentar lagi. Kami berdua duduk di beranda rumah sambil menikmati potongan matahari senja yang tampak malu-malu bersembunyi dibalik awan hitam. Gerimis mulai turun perlahan-lahan, rerintikannya mulai menyabda bumi dengan lirih suara alam yang begitu syahdu. Suara rintik gerimis itu benar-benar menyatu dengan suara seruputan cappuccino buatan Tzuraya. Hmmm... Sungguh indah sore itu. Senja, gerimis, cappucino dan senyum Tzuraya seperti orkestra alami yang bersenandung dengan sendirinya, Syahdu!
Aku menyeruput cappucino buatan Tzuraya itu dengan tersenyum bahagia memandangi wajahnya yang teduh, wajah yang selalu saja membuatku ingin segera pulang ketika jingga senja mulai tampak di ufuk langit. Tzuraya membalas senyumku sambil menggenggam erat tangan kiriku, dia menatapku dengan matanya yang benar-benar bening, pandangan penuh rasa sayang dan cinta. Itulah tatapan penuh harapan dari seorang wanita yang paling kucintai setelah ibuku.
"Tunggu yah sayang, aku ingin menunjukan sesuatu untukmu". Bisik Tzuraya ditelingaku
Tzuraya melepaskan genggamannya dari tanganku, lalu masuk kedalam rumah. Tak lama kemudian, dia muncul didepanku dengan membawa sebuah Biola kecil.
"Dari mana biola itu, sayang?" tanyaku sedikit penasaran.
"Aku membelinya di toko alat-alat musik di gang depan tadi siang, sayang!" jawabnya singkat.
Tanpa banyak bicara, Tzuraya maju dua langkah dari tempatku duduk, menundukan kepalanya dan membungkuk setengah ruku seperti meminta isyarat dariku untuk memainkan biola itu.
"Ini adalah konser tunggal, dan kamu adalah satu-satunya penonton yang akan menikmati gesekan biola dari salah satu Violinis berbakat yang tak pernah terpublikasihkan di Dunia", katanya setengah bercanda sambil cekikan.
Aku hanya tersenyum lebar memandangi tingkah lucu Tzuraya itu, dia dengan gaun putihnya yang memanjang ke lantai sambil menenteng sebuah biola, berdiri dihadapanku selayaknya seorang violinis profesional yang akan mendemonstrasikan keahliannya memetik dawai biola dihadapanku yang berlagak seperti seorang kritikus musik. Aku mengangguk, memberi isyarat kepadanya agar memulai konser tunggal itu.
Konserpun dimulai. Wow, gerimis sore itu seakan-akan berhenti mendadak lima detik saat Tzuraya mulai menggesekan biolanya. Gesekan pertamanya benar-benar membuatku merinding, hatiku bergetar! Lalu, gesekan kedua, ketiga dan seterusnya, aku terhipnotis. Sungguh, aku seperti sedang menyaksikan Violinis wanita "Vanessa Mae" menghipnotis ribuan telinga di London Music Festival. Waktu seolah-olah berhenti ketika Lagunya Whitney Houston "I Will Always Love You" bersenandung dengan indah dari dawai Tzuraya.
If I should stay
Well, I would only be in your way
And so I'll go, but yet I know
That I'll think of you each step of my way
And I will always love you
I will always love you
Bitter-sweet memories
That's all I have, and all I'm taking with me
Good-bye, oh, please don't cry
Cause we both know that I'm not
What you need
I will always love you
I will always love you
And I hope life, will treat you kind
And I hope that you have all
That you ever dreamed of
Oh, I do wish you joy
And I wish you happiness
But above all this
I wish you love
I love you, I will always love
I, I will always, always love you
I will always love you
I will always love you
I will always love you
---
Sungguh, Tzuraya telah berhasil membuatku terpana, melongo tak percaya dengan apa yang barusan aku lihat. Aku hanya bisa bergeming ditempatku duduk. Luar biasa, ini adalah konser tunggal tanpa penonton lain, sekeliling tampak tenang, diam, dan bisu, hanya ada rerintikan gerimis yang tak lagi terdengar suaranya, dan potongan matahari yang masih terlihat di ufuk sana dibalik senja yang tertutupi kabut, semuanya tampak bergeming sesaat untuk menikmati sore yang benar-benar syahdu itu.
Lima menit Tzuraya menghipnotis senjaku dengan melodi indah dari lagunya Whitney Houston "I will always love you" itu. Nada-nadanya merambat pelan menggetarkan hatiku sejadi-jadinya. Sungguh, aku menyukai gesekan biola Tzuraya dan cara dia mengiramakan tubuhnya mengikuti irama dari biola itu. Akhirnya, Hanya Aku, yah.. hanya akulah yang bertepuk tangan, hanya aku penikmat tunggal dari orkestra itu, Hanya aku!
***
Tzuraya menutup konser tunggal itu dengan menunduk lama didepanku sambil membentangkan kedua tangannya yang masih memegang biola.
"Sayang, aku ingin mencintaimu berlawanan arah jarum jam, ketika banyak hati yang memilih mencintaimu searah jarum jam". Suara Tzuraya terdengar pelan memecah kesunyian senja dipertengahan bulan Juni yang mulai menggelap itu...!!!
(ROe BOelan JOeni)