-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Semua Tulisan yang kurang bagus ini hanyalah sebuah proses belajar untuk memahami realita diriku dan dunia luar. Selamat menyelam dalamnya lautan ideku dari sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang yang bisa saja objektif dan bisa pula subjektif. Kebenaran hanyalah Milik Allah Subhana Wa Ta'ala semata. Semoga tulisan-tulisan dalam blog ini Bermanfaat bagi kita semua. aamiin
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebuah Catatan

23 Juni, 2008

JAKARTA, Dari sudut pandang Saya
(Sebuah Catatan pinggir, jakarta in Memories)
^
Roe Salampessy^



Sebelum memulai tulisan singkat ini, saya mau mengucapkan selamat hari jadi kota Jakarta yang ke 481 tahun. Semoga Jakarta bisa berbenah diri dan menjadi teladan bagi kota-kota lainnya di Indonesia. Amieeeen.

Terkejut, kaget, prihatin, miris, heran, dan takjub, itulah yang saya rasakan ketika pertama kali menginjakan kaki di kota ini (Jakarta) beberapa waktu lalu. Kota yang dalam tuturan sejarah bernama Batavia ini seakan menjadi sketsa mini Indonesia dalam skala mikro. Bagaimana tidak, di kota inilah beragam etnis, suku, budaya dan Agama dari seluruh Nusantara menetap dan beriteraksi satu sama lainnya.

Kota yang menurut orang desa adalah sumber penghidupan untuk merubah nasibnya, dikota inilah ribuan kaum urban berdatangan tiap tahunnya mencoba mencari rezeki dan menatap masa depannya. Walaupun ternyata kemudian ada yang menjadi pemenang ataupun pecundang.

Kota yang juga menurut generasi muda (terutama anak remaja) adalah barometer mode dan icon gaul anak muda Indonesia. Lebih tepatnya kota ini adalah trendsetter pergaulan anak muda Indonesia, Anda akan terkesan tidak gaul atau kolot apabila nilai-nilai Jakarta tak melekat dalam pergaulan sehari-hari, yang dalam bahasa mas Tukul Arwana (empat mata) disebut WONG NDESO atau KATROK.

Jakarta, kota yang menurut pandangan saya pribadi adalah kota terunik yang pernah saya tempati. Keunikannya bukan pada tata ruang kota atau struktur kotanya, namun pada kehidupan masyarakatnya yang seakan tanpa sadar terbagi dalam sekat-sekat kelas sosial dan primodialsme yang terlihat semakin akut bak bumi dan langit. Saya terkejut dan kaget ketika melihat emperan toko-toko dipenuhi anak-anak jalanan yang tengah tertidur pulas, rumah-rumah mungil dari gardus atau sisa-sisa bahan bangunan yang selama ini hanya bisa saya saksikan melalui layar kaca terlihat jelas dimata saya sepanjang rel kereta api dan kolong-kolong jembatan. Luar biasa kota ini, pemandangan yang cukup menakjubkan buat saya. Bagaimana tidak, ditempat saya dulu pemandangan ini tak pernah terlihat. Kalaupun ada, mungkin hanya segelintir orang yang benar-benar tak memiliki sanak saudara.

Satu hal lagi yang buat saya terheran-heran. Jakarta benar-benar macet, kemacetan yang belum pernah saya rasakan ditempat lain, di kota ini lima kilometer bisa setara dengan satu jam perjalanan. Bisa dibayangkan berapa lama waktu yang kita habiskan diperjalanan ketika menempuh perjalaan sekitar 15 KM. Sampai-sampai ada yang berkelakar “kalo gak macet yah bukan Jakarta namanya”.

Waktu di sini benar-benar berharga, terlambat sedikit saja akibatnya fatal. Ini terbukti dengan semboyan para pengemis yang saya temui dibeberapa perempatan lampu merah atau di atas Kereta Api Listrik (KRL). Katanya sih “kalo terlambat dikit aja, rezeki kita sudah diambil ama pengemis lain”. Sekali lagi luar biasa kota ini, sungguh luar biasa.

Gak salah juga ada pepatah yang bilang “sekejam-kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota”. Saya mendengar dari penuturan beberapa teman yang sudah lama menetap disini, banyak orang yang akhirnya beralih profesi menjadi pembunuh, pencopet, ataupun Preman karena sulitnya mencari Rupiah, katanya sih semua itu dilakukan hanya demi menyambung hidup dan sesuap nasi. Teman saya benar, karena saya sendiri sudah merasakan efek dari pepatah diatas, belum lama menetap di kota ini HP kesayangan saya akhirnya raib dicuri pencopet yang memegang teguh pepatah diatas. Maklumlah, saya pendatang baru yang belum berpengalaman.

Banyak hal tentunya yang bisa kita lukiskan dari kota ini, tak akan habis-habisnya. Jakarta tak pernah mati, dia selalu terjaga sepanjang siang dan malam. Aktifitas yang tak pernah berhenti sepanjang hari, di sini manusianya seperti robot, bekerja dari pagi dan baru pulang sore harinya. Ada juga yang malah baru bekerja ketika senja mulai merona dihorison langit dan baru pulang ketika fajar menyingsing. Luar biasa, etos kerja yang tak ditemui ditempat lain. Disini uang adalah Raja, sehingga muncul adigium cerdas dari orang-orang kota ini “Siapa elo, siapa gue”. Yang dalam pandangan saya “Jakarta adalah Kota egois” yang pernah saya tinggali.

Saya tak mau bicara panjang lebar tentang kota ini, namun ada beberapa hal yang benar-benar diajarkan kota ini kepada saya. Jakartalah yang membuat saya benar-benar mandiri dan dewasa menatap kerasnya kehidupan, jakartalah yang mengajari saya arti keikhlasan membantu sesama, jakartalah yang menuntun saya menyalami dalamnya makna kesabaran, Jakartalah yang membuat saya memahami esensi kehidupan, Jakartalah yang membuat saya mengenal Tuhan lebih dekat lagi. walaupun disatu sisi Jakartalah yang telah membuat saya untuk pertama kalinya menitikan air mata.

Terakhir, sebelum menutup tulisan ini. Untuk Bapak Fauzi Bowo Gubernur DKI Jakarta yang terhormat, Wargamu bertambah satu lagi loh pak dengan kehadiran saya. maaf yah pak, saya belum melapor ke RT dan RW setempat. Kira-kira illegal gak pak orang-orang seperti saya ini.? Karena kedatangan saya sama seperti orang-orang yang lain, ingin menaklukan Jakarta dengan segala konsekuensinya. Bersambung..! (ROE)

11 KOMENTAR:

Anonim mengatakan...

Ganti'in tuh Fauzi Bowo Bang !, biar ntar bisa atur Jakarta ala "R O E". Emang hukum dan aturan disini kan kaga' jelas Bang, jadi ya...susah deh..!.

namaku wendy mengatakan...

kenapa yah orang2 pada seneng mengejar jakarta hehehe katanya kalu kerja dsana tu peluang karirnya lebih gede tapi kalu wen tetep aja menghindari yg namanya jkt,phobia, kalu nyampe jkt seringnya sakit, gak cocok ama udaranya hehehe la koq malah curhat on air ki piye yah;p

Anonim mengatakan...

ow, sekarang udah di jakarta ya?
saya juga paling ga demen sama macet..
selamat berjuang yah!

Anonim mengatakan...

jadi orang jakarta ya? jangan ampe tua di sana ya hehehe..
met berjuang kawan and sabar aja ...

Eucalyptus mengatakan...

Wah, kamu sekarang udah di Jakarta ya? Welcome to the jungle... he he he he.... begitulah Jakarta, kerasnya kehidupan di Jakarta bisa bikin orang maju, yang gak bisa ikutin iramanya bisa makin frustasi... Moga kamu bisa belajar banyak disini ya....

Mike.... mengatakan...

kayaknya jadi rampok di jakarta lebih menjanjikan ya?he..he..

Judith mengatakan...

Begitulah Jakarta, saling bersodarapun kantong laeng! seng banyak orang mo peduli dengan keadaan sekitar ...

Sabar sabar Roe, kuatkan Iman dan hatimu..

Salam

Anonim mengatakan...

wah jdi org betawi nih...
mo jadi samson betawi jg ya :P.hehehehe

Anonim mengatakan...

jakarta oh jakarta..kok saya ga pernah betah disana :D

PS : bisa datang ga nih?hehehe

ngadmin mengatakan...

Wah Oom roe kapan2 ada waktu senggang mampir yah ketempat arai di freeYork ..nanti ama ayah kita bakar2an ikan dipantai wuiih mantap kek di TV gitu deh!

simobiles mengatakan...

simobiles mau bilang klo jakarta itu sembraut sekali yach...


ibu kota negeri kita tercinta ini, sampe segitunya..

gimana klo kita pindahin saja mothernya ke bandung kan segar tuch