Jerit - jerit Egoku
^Roe salampessy^
^Roe salampessy^
Saya percaya, esok sudah tidak boleh merubah apa yang berlaku hari ini,
tetapi hari ini masih boleh merubah apa yang akan terjadi pada hari esok.
=Mutiara Pujangga=
tetapi hari ini masih boleh merubah apa yang akan terjadi pada hari esok.
=Mutiara Pujangga=
Aku dan hidupku tak saja mengurung diri dalam kelamnya ruang sempit berjeruji besi, aku selalu berdialog dengan dunia luar. Aku mencari dan memberi makna bagi perjalanan hidupku di dunia. Aku belajar gelisah, aku belajar cemas, dan akupun belajar tentang kebahagiaan. Aku bereksistensi dalam diriku dan dunia luar, aku selalu terlibat dengan kedua-duanya, karena aku adalah mahkluk yang sadar akan eksistensinya. Aku adalah subjek yang mengada, aku bergulat dengan kelemahan jiwaku dan kerasnya dunia di luar diriku.
Aku merengkuh makna dari dunia dan dalam dunia. Mengapa? karena dunia buat aku adalah domain makna, bahkan dia adalah medan makna itu sendiri. Tapi sesungguhnya aku tak bisa mengkonstruksi makna itu, aku hanya bisa meresepsi makna dan menghadirkannya dalam tutur kata. Aku selalu ingin mengungkapkan dan mengkomunakasikannya pada setiap masa.
Aku melihat dunia sebagai totalitas referensial, aku belajar darinya dan berhasil menyingkap tabir penghalang keeksistensialku. Aku melihat, aku merasa, dan aku mendengar jerit-jerit egoku terlempar di tengah kumpulan benda dan mahkluk lainnya di sekitar diriku. Akhirnya aku tahu "Bahwa Hidup adalah sebuah perjuangan menemukan keeksistensialku"
Aku jadi tahu dan memahami bahwa primodialisme manusia adalah sebuah kemungkinan yang harus aku hadapi dengan realita hidup. Aku memproyeksikan ego dan menerawang nasibku kelak, dimana aku harus membuka diri dan membebaskannya menantang semua kemungkinan yang ada pada dunia.
Aku gigih saat menyingkap selubung dunia lewat hatiku yang terbuka untuk dunia di luarku dan lewat perasaanku yang paling primodial dan keterlemparanku di tengah dinamika evolusi kosmos. Aku memang liar, dan benar-benar liar memahami eksistensiku. itulah jerit-jerit egoku yang membuncah dalam dadaku selama ini. Aku ingin menjadi seorang Manusia sejati.....!!!!!! ROE
Aku merengkuh makna dari dunia dan dalam dunia. Mengapa? karena dunia buat aku adalah domain makna, bahkan dia adalah medan makna itu sendiri. Tapi sesungguhnya aku tak bisa mengkonstruksi makna itu, aku hanya bisa meresepsi makna dan menghadirkannya dalam tutur kata. Aku selalu ingin mengungkapkan dan mengkomunakasikannya pada setiap masa.
Aku melihat dunia sebagai totalitas referensial, aku belajar darinya dan berhasil menyingkap tabir penghalang keeksistensialku. Aku melihat, aku merasa, dan aku mendengar jerit-jerit egoku terlempar di tengah kumpulan benda dan mahkluk lainnya di sekitar diriku. Akhirnya aku tahu "Bahwa Hidup adalah sebuah perjuangan menemukan keeksistensialku"
Aku jadi tahu dan memahami bahwa primodialisme manusia adalah sebuah kemungkinan yang harus aku hadapi dengan realita hidup. Aku memproyeksikan ego dan menerawang nasibku kelak, dimana aku harus membuka diri dan membebaskannya menantang semua kemungkinan yang ada pada dunia.
Aku gigih saat menyingkap selubung dunia lewat hatiku yang terbuka untuk dunia di luarku dan lewat perasaanku yang paling primodial dan keterlemparanku di tengah dinamika evolusi kosmos. Aku memang liar, dan benar-benar liar memahami eksistensiku. itulah jerit-jerit egoku yang membuncah dalam dadaku selama ini. Aku ingin menjadi seorang Manusia sejati.....!!!!!! ROE