Surat buat Mahina aRhyka.
Jogjakarta - parangtritis, akhir 2008
Dear Rhy*..!!!
Assalamu’alaikum wr.wb.
Rhy….
Kuawali surat ini dengan bacaan Basmallah, semoga Surat ini direstui oleh DIA yang Nyawa kita dalam genggamanNYA.
Rhy,..
kamu mungkin kaget, karena tak biasanya aku menulis surat untukmu. Ya, surat ini memang surat pertama yang aku kirim untuk kamu, karena sebelumnya kita tak pernah berhubungan via surat-menyurat. Kamu mungkin bertanya-tanya “apa maksud aku menulis surat ini”….Jujur, kulakukan ini, kerena lama sudah kita berhubungan lewat SMS, tapi SMS-SMS itu dimataku hanya sepenggal kata yang kapan saja bisa terhapus tanpa disadari. Kamu pasti tahu! itulah maksud aku menulis surat ini untukmu, agar setiap kata yang mengalir dari desahan nafas kita, bisa kita simpan dalam lembaran ini, dan menjadi bukti bahwa kita pernah menjadi sepasang (S)ahabat.
Rhy….
Kamu tentu masih ingat, ketika pertama kali kita ketemu tanpa sengaja diujung jemari yang tengah asyik memencet huruf-huruf. Atau mungkin kamu sudah lupa! aku harap kamu tetap mengingat peristiwa itu. Ya, Dan lima bulan sudah aku mengenalmu semenjak perkenalan awal itu, lima bulan yang buat aku sungguh menakjubkan dalam hidup! kamu hadir saat hatiku sedang rapuh dan tersobek-sobek oleh sebuah kemunafikan. Buat aku, Kau bagaikan malaikat penyelamat yang mucul entah dari mana, yang mengumpulkan sobekan-sobekan itu lalu mendaurnya kembali menjadi helai-helai baru. Ingin sekali aku memangilmu AnGeL, tapi kamu menolak sebutan itu, dengan alasan… nama itu terlalu berat untukmu. Ya, dan aku cukup mengerti alasanmu. Tapi setidaknya Malaikat juga tahu.. “kalau kamu adalah cahaya di lorong hitam itu yang sempat aku lalui beberapa waktu lalu”
Rhy…
Disatu kesempatan, kita pernah terlibat percakapan tentang makna cinta. Semoga kamu tidak melupakan percakapan itu! kita saling berargumen mengeluarkan pendapat masing-masing, perdebatan tentang itu sempat membuat kita terjebak dalam pemaknaan yang absurditas, tentang makna cinta yang terlalu abstrak, tentang makna cinta yang terlalu sulit untuk didefenisikan. Dan akhirnya kita sepakat bahwa cinta adalah kenyamanan, makna yang sangat sederhana bukan! Tapi itulah kesimpulan sederhana dari kebersamaan kita yang baru berumur beberapa bulan itu. Dan hingga detik ini, aku masih percaya dengan pemaknaan sederhana itu, setidaknya itu yang aku rasakan sekarang. Entah dikemudian hari nanti presepsi kita bisa saja berubah mengikuti roda waktu yang mungkin akan menyingkap tabir dibalik selubung rasa yang masih misterius ini.
Rhy…
Tak banyak hal yang aku tahu tentang dirimu, tapi aku yakin, keikhlasan untuk menjadi seorang (S)ahabat telah kau tunjukan lewat sikapmu yang begitu ramah dan sopan. Semoga aku tak salah menilai dirimu! Karena aku memang tak pernah ingin mencari tahu siapa kamu dari orang-orang dekatmu, aku sengaja diam dan menyerahkan instingku bekerja sebagaimana mestinya, menangkap setiap kata-katamu yang tertulis, desahan suaramu diujung telepon, dan tatapan matamu berbicara sendiri mengungkap identitas dirimu kepadaku. Alhamdulillah, Tuhan Maha Penyayang. DIA mendengar setiap doaku diujung malam. Kamu memang (S)ahabat terbaik yang telah disiapkanNYA untuk menemaniku melalui lonjong bulatnya kehidupan hari ini. Walau aku tak akan pernah tahu dengan pasti, seperti apa nantinya Kebersamaan kita dikemudian hari, biarlah dia tetap menjadi misteri.
Rhy…
Kamu pasti ingat, ketika cahaya rembulan menebar senyumnya dimalam itu, tepatnya jam 00:01 dini hari. Aku mengganggu tidurmu yang lagi nyenyak, hanya karena ingin mengajakmu menyaksikan cahaya rembulan yang tengah menari-nari menyapa setiap mata dimalam itu, entah kau beranjak dari tidurmu atau tidak, aku tidak tahu pasti. Tapi rhy.. malam itu rembulan begitu indah, seandainya kamu ada disini, ingin sekali melihat matamu bersilau diterpa cahayanya. Ingin sekali bahu ini aku pinjamkam sebagai sandaranmu saat kau tertidur pulas dalam kilauan cahaya rembulan itu. Rhy, malam itu, aku benar-benar terpesona dengan rembulan. Ya, aku dibuat terpesona dengan rasa yang sedang mengusik batinku.
Rhy…
Malam itu, cuaca begitu dingin menusuk tulang sum-sumku. Kau mungkin telah pulas bermimpi indah, tapi aku disini sedang berkhayal, mengajak rembulan berbicara dari hati ke hati. Saat itu, aku ingin ungkapkan satu rasa yang terpendam kian lama untukmu! Ya, dan ungkapan rasa itu aku ceritakan pada rembulan diatas sana, ia mendengar keluh kesahku yang tertahan didada ini dengan tersenyum manis lewat silau cahayanya yang begitu indah. Akhirnya, dengan sedikit keberanian dan menahan rasa malu, kulepaskan rasa itu menyusup diam-diam dalam mimpimu, dan mengagetkan dirimu dengan seuntai kata yang nyaris membutmu tak percaya! “hal tersulit saat menjadi sahabatmu adalah ketika hati ini mulai mencintaimu”. Kaupun terbangun!! Maafkan aku, karena telah mengganggu tidurmu.!!
Rhy….
Kejadian malam itu, sempat membuatku tak sanggup menatap matamu. Aku malu pada dirimu dan diriku sendiri, tapi Ternyata dugaanku salah, kamu sungguh bijaksana merespon rasa itu lewat baris-baris kata yang kau kirimkan untukku. Aku senang, melihatmu masih menyapaku dengan senyum khas tanpa ekspresi yang sering kamu peragakan diberbagai album fotomu. Aku tersanjung, walau sebenarnya aku tahu –masih ada seribu Tanya dihatimu tentang keberanianku dimalam itu-.
Rhy….
Kamu tentu masih ingat city of ember, aku bukannya lagi mau membahas tentang jalan cerita ataupun adegan di film itu untukmu, aku hanya ingin memberitahu sesuatu untukmu, sesuatu yang selama ini hanya bisa kunikmati lewat media maya. Maafkan aku, karena saat itu diam-diam aku melirik bola matamu hanya sekedar untuk menikmati keindahannya. Aku tak peduli, walaupun akhirnya beberapa adegan di film city of ember banyak yang kulewatkan.
Rhy…
Aku menulis surat ini, diiringi lagunya “jason mraz –Lucky-”, lagu kesukaanmu yang sering kau dengar ketika sedang santai ataupun tengah menikmati kemacetan jakarta diatas bus kota atau mobilmu. Aku sengaja memilih lagu ini untuk mereviuw ingatanku kembali akan kebersamaan kita. Seringkali kamu bercerita tentang hal-hal lucu dalam keseharianmu, dan akupun dibuat tertawa oleh tingkah konyolmu itu, kadang juga kamu bercerita sedikit serius perihal hal-hal yang menyangkut studimu, kadang-kadang pula kamu bercerita tentang sedikit problem yang mengganggu pikiranmu, dan aku harus memberi solusi, walaupun kadang-kadang jawabanku tidak sesuai dengan jalan pikiranmu. Tapi sungguh, aku sangat menikmatinya. Aku menyukai caramu bercerita, caramu tertawa, caramu membisu, dan atau caramu berdiskusi. Ya, dan aku menyukai semua itu!
Rhy…
Aku masih ingin betutur tentang rasa-ku yang sempat membuatmu penuh tanda Tanya itu, aku tak bermaksud membuatmu terjebak dalam suasana rasa yang tidak masuk akal ini, aku hanya ingin mesublimasikannya lewat surat ini, sehingga tak ada lagi Tanya di hatimu. Aku ingin jujur kepadamu tanpa menyembunyikan sesuatu untukmu, ya..aku harus jujur, kalau aku mencintaimu, dan tidak pernah berniat sedikitpun memutus tali persahabatan kita. Entah seperti apa hubungan ini, aku serahkan semuanya pada instingmu. Walaupun aku tahu, kamu tak suka berkata-kata, tapi dari sikapmu, aku bisa memahami keinginanmu.
Rhy…
Suatu malam, kita pernah membahas rasa ini dari sudut pandang kita masing-masing. Aku sempat dibuat terkejut dengan pendapatmu itu, namun keterkejutan itu hilang ketika suatu malam juga kamu memberi pandangan yang lain, yang berbeda dengan pendapatmu sebelumnya. Hatiku sempat berbunga-bunga mendengar penuturan itu, tapi seiring waktu berjalan, sikapmu kadang-kadang membuatku terjebak dalam dualisme rasa yang penuh ketidakpastian -Antara iya dan tidak-. Bahkan suatu malam, kamu pernah membuatku bercerita tentang dongeng legenda Naga (salah satu serial komik pavoritku semasa kuliah dulu) dan sedikit cerita tentang kisah terjadinya perang salib satu. Dua cerita itu sengaja kamu analogikan dengan keputusanmu memilih –antara iya atau tidak-. Aku jadi heran, kenapa tak ada keberanian untuk memutuskannya secara langsung tanpa menganalogikan jawaban itu. Tapi sudahlah, itulah dirimu, yang selalu membuatku tertawa, tersenyum, diam, merenung dan kebingungan.
Rhy…
Seminggu yang lalu, aku harus kembali ke kota’ku. Melepas kangen sama orang-orang yang kucintai disini, sebenarnya aku tak ingin meninggalkan kota’mu, aku ingin merayakan pergantian tahun bersamamu sambil menikmati keindahan alam disalah satu pulau tepencil dikota’mu, tapi aku harus pergi untuk sekian waktu, meninggalkan jejak kenangan yang terpahat dibeberapa lokasi tempat kita pernah menghabiskan waktu bersama. Kamu pasti tahu itu. Aku hanya ingin memeluk ibuku yang telah lama aku tinggalkan dikota’ku. Aku merindukannya, merindukan kehangatan cintanya padaku.
Rhy…
Sebenarnya banyak hal yang ingin kuceritakan disurat ini, tapi waktu telah larut, aku harus tidur. Aku ingin Menjemput sinar mentari, sinar impian yang selalu menyapaku dikota’mu. Jangan lupa bangunkan aku saat adzan subuh nanti. Aku ingin menyapa Yang Maha BesaR disubuh hari, sembari berdoa agar per(S)ahabatan kita selalu dalam lindunganNYA.
Rhy…
Dari kota inilah, aku kirimkan surat untukmu sebagai tanda rasa kangenku yang begitu dalam akan senyum dan bulir matamu yang begitu indah. Tunggu aku dikotamu, aku akan kembali dan merangkai lagi cerita-cerita baru yang sempat terunda. ALE RASA BETA RASA....!!!
from me:
-MaLona–
*Rhy = hanya sosok imajinasi yang tercipta dibatok kepalaku. “semoga suatu saat dia menjadi nyata”
B E R S A M B U N G