-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Semua Tulisan yang kurang bagus ini hanyalah sebuah proses belajar untuk memahami realita diriku dan dunia luar. Selamat menyelam dalamnya lautan ideku dari sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang yang bisa saja objektif dan bisa pula subjektif. Kebenaran hanyalah Milik Allah Subhana Wa Ta'ala semata. Semoga tulisan-tulisan dalam blog ini Bermanfaat bagi kita semua. aamiin
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

opini

28 Januari, 2008

Akhirnya Sang Jenderal Besar itu Tutup Usia
oleh : Roe salampessy


Sebelum memulai tulisan singkat ini, atas nama pribadi saya mengucapakan turut berduka cita atas meninggalnya Bapak H.M Soeharto (Mantan Presiden RI 2). Semoga Amal ibadah Beliau diterima disisi Allah SWT, dan segala kesalahan beliau diampuni Allah SWT. amien..

Soeharto, Mantan Presiden Republik Indonesia yang ke-2 ini akhirnya menutup mata pada usianya yang 87 tahun. Seorang anak manusia yang mencapai sukses luar biasa dalam menggapai impian duniawi, memimpin Bangsa Indonesia lebih dari 30 tahun. Dia telah menorehkan namanya dalam lembaran sejarah dunia dan sejarah Indonesia sebagai seorang penguasa yang memiliki pengaruh luar biasa terhadap jalannya roda pemerintahan negeri ini selama 3 dekade, disegani lawan-lawannya dan dihormati pengikut-pengikutnya. Seorang anak manusia yang diakhir kekuasaanya meninggalkan beragam kontroversial dan PR besar bagi pemimpin-pemimpin bangsa sekarang ini. Mungkin karena Kharismatik sang jenderal inilah semua pemimpin setelahnya kurang bernyali besar, tak ada yang sanggup mengungkap beragam penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan yang telah dilakukannya selama 32 tahun. Akhirnya sang jenderal besar itu pergi menghadap sang kuasa, tanpa ada hasil apa-apa.

Meninggalnya Mantan Presiden Soeharto, menyisakan setumpuk persoalan bangsa yang belum terselasaikan. Rakyat terbagi dalam opini publik yang trikotomi, ada yang memaafkan beliau serta mengusulkan pemberhentian penyelidikan terhadap segala penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan selama 32 tahun periode kepemimpinannya, dengan alasan Sang Jenderal sangat berjasa besar mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia dimata Dunia serta segala bentuk pembangunan yang telah dilakukannya selama ini buat bangsa kita. Sementara ada sebagian yang tetap pada pendirian, memaafkan beliau atas semua kesalahan-kesalahan semasa kepemimimpinannya, namun menurut mereka kebenaran sejarah harus diungkap, keadilan harus ditegakan, karena masih banyak antek-antek, loyalis, serta keluarga besarnya yang masih hidup untuk diminta pertanggung jawaban. Sedangkan ada sebagian pula yang tidak mau memaafkan beliau sama sekali.

Ditengah polemik seperti ini, saya selaku pribadi dan bagian dari generasi muda bangsa ini hanya bisa mengambil hikmah atas kisah hidup sang Jenderal besar sampai akhir hayatnya ini. Kita tidak perlu meributkan kesalahan beliau lagi, biarlah arwah beliau tenang dialam baqa sana. Kita serahkan semuanya kepada Allah SWT Tuhan yang maha Adil dipengadilan Akhirat kelak. Dan biarlah sejarah yang akan menilai salah benarnya kepemimpinan beliau.

Dengan Kepergian Mantan Presiden Soeharto inilah, sebenarnya telah runtuh suatu tembok penghalang besar akan pengungkapan kasus KKN yang menjadi agenda Reformasi bangsa kita selama ini. Pemerintah jangan lantas diam dan melupakan orang-orang yang dulu disekitar beliau yang masih berkeliaran ditanah ibu pertiwi ini. Memaafkan Beliau bukan berarti memaafkan semua keluarga besar, kroni-kroni, loyalis, dan antek-anteknya yang masih hidup, dalam pengertian bahwa kasus KKN orang-orang yang pernah terlibat di masa kepemimpinan beliau perlu diselidiki lagi. Karena "Meninggalnya pak Harto bukan berarti meninggal pula keadilan dan Hukum". Artinya marilah lupakan Soeharto tapi jangan lupakan mereka yang pernah terlibat skandal KKN dimasa kepemimpinan beliau. Untuk itu dibutuhkan keberanian dari Pemerintah untuk mengejar kroni-kroninya ini, keadilan harus tetap ditegakan dan hukum jangan sampai dipermainkan.

Seandainya seorangpun dari kroninya atau siapa saja yang terbukti melakukan tidak pidana kejahatan atau perkara-perkara Perdata tak tersentuh hukum, maka Kitab UU hukum pidana dan perdata bangsa kita perlu ditambahkan satu (1) pasal lagi mengenai permohonan Maaf tersangka kasus kejahatan yang cukup dengan ungkapan maaf saja, maka dia dibebaskan tanpa syarat. Sebagai Contoh, misalkan seseorang telah mengambil harta negara (Korupsi), Cukup dengan mengucapkan Maaf dipengadilan, maka urusanpun selesai. Suatu kemajuan tentunya dibidang hukum dalam mengatur kehidupan sosial manusia, karena dengan sendirinya Hukum Agamapun (Islam) akan terbawa arus ini, Percuma Rasullulah diutus ke dunia ini dengan membawa Hukum-hukum Tuhan untuk diterapkan didunia, kalau segala sesuatunya hanya dengan ucapan maaf. Oleh karena itulah, urusan dunia harus tetap diurus dengan hukum dunia, sedangkan untuk hukuman Tuhan diakherat kelak kita serahkan kepada Sang Maha Pengadil setelah manusia meninggal dunia nanti.

Nah.. hubungannya dengan Mantan Presiden Soeharto inilah, kita tak mungkin lagi menggunakan hukum dunia, karena beliau telah meninggal dunia. Sekali lagi Biarlah Pengadilan Allah SWT diakhirat kelak yang akan memutuskannya. dan tentunya bukan buat Mendiang Pak Harto saja, namun buat kita semua, karena pada akhirnyalah kita semua akan menghadap sang pencipta juga.

Sekali lagi, mari maafkan Mantan Presiden Soeharto atas semua kesalahan-kesalahannya kepada siapa saja, semoga Allah SWT bisa menerima beliau disisi-NYA. Dan untuk Pemerintah, Jangan berhenti mengusut tuntas kasus KKN kroni-kroninya yang masih menghirup udara segar disekeliling kita, Mari Tegakan Keadilan di negeri ini. Semoga..(Roe)

opini

23 Januari, 2008

ANARKISME
(Menyikapi aksi kekerasan Suporter sepakbola di 8 besar Liga Indonesia)
oleh: Roe Salampessy


Di tengah minimnya prestasi TIMNAS Sepakbola Indonesia dikancah Internasional, wajah persepakbolaan kita kembali ditampar aksi Anarkisme supertor pada pentas Sepakbola 8 besar Liga Indonesia yang sedang berlangsung di Solo dan Kediri. Pentas yang digelar dengan semangat fair play dan sportivitas itu dinodai dengan aksi brutal salah satu pendukung tim (suporter) Sepakbola pada laga Persiwa Wamena vs Arema Malang di stadiun Brawijaya Kediri, kerusuhan yang mengakibatkan kerugian sekitar 1 milyar rupiah itu menambah daftar kekerasan yang terjadi di arena Pertandingan sepakbola dalam beberapa tahun terakhir. Sepakbola yang merupakan olahraga Universal berubah menjadi arena kekerasan yang barbarisme, luapan emosi bertopeng Panatisme turut menyeret perilaku supertor yang tak terkendali ini, Konflik yang tak perlu terjadipun tak dapat dibendung, maka tak jarang puluhan nyawa berjatuhan sia-sia serta pasilitas publik menjadi sasaran kerusakan massa (suporter). Inilah Fotret Suporter persepakbolaan kita yang tak kunjung membaik dari tahun ke tahun. Ancaman hukuman dari PSSI atau BLI sering menjadi angin lalu, anarkisme demi anarkisme selalu saja terjadi dalam setiap pertandingan sepakbola yang digelar. Sebuah Ironi tentunya buat kita semua sebagai Insan pencinta sepakbola Nasional.

Anarkisme dalam bentuk apapun selalu meninggalkan luka, termasuk kekerasan suporter sepakbola ini, Kekerasan akan melahirkan kekerasan pula, artinya manusia tak ubahnya Serigala (Homo homini Lupus), manusia adalah serigala (pemangsa) bagi serigala lainnya. Kasus kerusuhan suporter ini merupakan sebagian kecil dari sebuah siklus kekerasan yang telah diwariskan oleh nenek moyang manusia. manusia atau sekelompok manusia satunya selalu merasa lebih dari manusia atau sekelompok manusia lainnya, sehingga melahirkan sikap-sikap skeptis dan panatisme yang berlebihan. Akhirnya aksi anarkisme menjadi lazim dan membudaya dalam kehidupan manusia termasuk kekerasan suporter sepakbola ini. Dan Bila melihat aksi-aksi anarkisme yang sering terjadi disekitar kita, setidaknya ada beberapa hal yang selalu menjadi pemicunya, yakni Panatisme buta, Primodialisme akut, Sistem Militerisme yang kejam, serta Premanisme yang ganas. Anarkisme ini diperparah dengan lemahnya penegakan hukum dan kesadaran beragama yang minim. Sebagai contoh Anarkisme yang terjadi diluar sepakbola adalah Kasus pertiakain bemotif Agama dan suku dibeberapa wilayah Indonesia, Pertikaian antar pendukung partai politik, pertikaian antar pendukung calon Presiden dan kepala daerah di Indonesia, Tauran masal antar pelajar atau mahasiswa, pertikaian antar preman, pembunuhan yang dilakukan militer terhadap rakyat, dan lain sebagainya. Semua ini terjadi akibat berbagai hal yang saya utarakan diatas tadi.

Khusus untuk Anarkisme suporter Sepakbola ini, kita harus menyikapinya dengan dingin serta mencari akar permasalahannya. Dalam hal ini saya tidak menghakimi siapapun atas aksi anarkisme yang terjadi ataupun sebagai salah satu pendukung Team yang berlaga di Liga Indonesia alias Netral, Saya hanyalah seorang penonton yang hanya ingin menikmati tontonan menarik dari Liga Indonesia, bukan aksi anarkisme atau tauran antar suporter yang justru membuat Sepakbola kehilangan makna universal serta pemersatunya. Disinilah peranan PSSI sebagai Induk Sepakbola Nasional yang harus jeli melihat setiap aksi kekerasan yang terjadi dalam arena pertandingan sepakbola. Karena anarkisme yang seringkali terjadi di arena Sepakbola berawal dari ketidakpuasan suporter atas kepemimpinan wasit dan panitia penyelenggara yang ditunjuk oleh PSSI, walaupun sebenarnya ada sebagian pihak yang dengan sengaja memprovokasi aksi kekerasan ini atau memang karena beberapa poin yang saya utarakan diatas (Panatisme, Primodialisme, Milterisme, dan Premanisme), namun PSSI sendiri harus berkaca diri agar tidak kecolongan berulang kali, dengan membuat kebijakan berani dan tegas didukung oleh penegakan Hukum yang tak mudah dibeli atau dipermainkan.

Saya selaku Insan pencinta sepakbola Indonesia tentunya selalu berharap adanya prestasi gemilang yang diukir TIMNAS Sepakbola Indonesia di ajang internasional maupun regional, PSSI jangan hanya menghabiskan dana rakyat bermilyaran rupiah buat proyek-proyek akal-akalan. Pembinaan pemain didalan negeri serta kualitas liga Indonesia perlu diprioritaskan dengan manajemen yang propesional. Dan tak lupa pembinaan Suporter oleh PSSI lewat cabang-cabangnya didaerah. Kita tentunya selalu berharap Sepakbola kita maju tanpa aksi-aksi anarkisme dan skandal-skandal lainnya.

Buat Suporter Team manapun diseluruh Indonesia, Marilah menjaga kebersamaan lewat hal-hal yang positif. Hilangkan Panatisme Team yang berlebihan serta siap menerima kekalahan dengan Fair dan berjiwa besar, toh kita semua adalah anak bangsa yang ingin memajukan sepakbola negeri kita tercinta ini. Karena terbukti cara-cara kekerasan tak akan mampu membuat suatu hal menjadi lebih baik, malah hanya mendatangkan penyakit yang bernama Kebencian dan kesengsaraan. semoga... MAJU TERUS SEPAKBOLA INDONESIA... (ROE)

Opini

17 Januari, 2008

SOEHARTO dan Tempe Tahu
oleh : Roe Salampessy


Ada dua persoalan besar yang akhir-akhir ini mewarnai pemberitaan media masa Nasional, yang pertama adalah kondisi kesehatan mantan Presiden Soeharto serta polemik sekitar status hukumnya, dan kedua adalah persoalan kacang kedelai (bahan baku pembuat Tempe tahu) yang tiba-tiba mengalami lonjakan harga dipasaran. Dua persoalan yang berbeda, namun kemunculannya yang secara bersamaan ini perlu ditarik benang merah keterkaitannya, walau sepintas korelasi kedua persoalan ini tidaklah relevan bahkan terlalu jauh mengaitkan satu sama lain, akan tetapi bila kita mau menganalisanya dengan merujuk pada historikal politik pasca lengsernya mantan penguasa Orde Baru ini, kita akan melihat setiap kejadian atau gejolak-gejolak yang terjadi di negeri ini baik gejolak politik, ekonomi, sosial dan budaya, maka kita akan menemukan kejanggalan-kejanggalan yang absurditas. Percaya atau tidak, setiap kali Mantan Presiden Soeharto akan disidangkan atau minimal ada polemik sekitar status hukumnya selalu dibarengi dengan gejolak-gejolak yang terjadi di negeri ini.

Disinilah kemudian kecurigaan saya muncul akan campur tangan Keluarga Besar Cendana yang terorganisir secara rapi. Ternyata negeri ini belum sepenuhnya di perintah dari Istana Negara yang katanya telah Reformis, namun kekuasaan sebenarnya masih disetir dari Istana Cendana. Istana Cendana yang saya maksud bukanlah rumah dikawasan Cendana yang ditempati Soeharto, namun sebuah organisasi spontan yang terbentuk dari kalangan yang masih setia dengan Mantan Presiden Soeharto (Mulai dari Keluarga besarnya, elit-elit politik ORBA yang masih eksis hingga kini, sebagian perwira-perwira Militer yang menjadi anak kesayanganmya, para pengusaha yang menjadi partner bisnisnya, serta para kroni-kroninya yang masih setia hingga kini), semuanya tersebar dari sabang sampai merauke.

Pertama, mari tengok kembali gejolak yang tejadi pada tahun-tahun pasca lengsernya Soeharto dari tampuk kekuasaan. Demonstrasi terjadi dimana-mana menuntut pemerintahan yang baru mengusut tuntas kekayaan Soeharto dan mengadilinya karena penyalahgunaan kekuasaan selama 32 tahun. Belum sempat Soeharto diproses secara hukum, Pemerintah dikagetkan dengan Konflik berdarah di Ambon (Maluku) awal tahun 1999, disusul Sambas (kalimantan) dan kemudian pertikaian berdarah diPosso (Sulawesi tengah), gejolak ini beriringan dengan ancaman disentegrasi bangsa yang terjadi diberbagai wilayah Nusantara. Untuk sementara kasus Soeharto dipinggirkan Pemerintah, elit-elit politik, dan rakyat. Saat itu pemerintah disibukan mengurusi gejolak-gejolak sosial yang tengah terjadi. Inilah peranan Istana Cendana untuk mengalihkan pandangan semua elemen bangsa, keberhasilannya membungkam mulut Pemerintah merupakan sukses pertama yang terus berlanjut hingga sekarang.

Kedua, setelah gejolak-gejolak tersebut dapat dieliminisir perlahan-lahan, Polemik barupun muncul kemudian mengenai Status Hukum mantan Presiden Soeharto. Namun sekali lagi, gejolak barupun muncul ditengah keseriusan Pemerintah mengusut tuntas Kasus Mantan Presiden Soeharto ini. Beragam Gejolak Politik terjadi pada masa-masa tersebut, Baku Hantam di Senayan antar elit politik serta isu Kepemimpinan Nasional yang mengemuka dikalangan PARPOL dan rakyat, serta Gejolak Ekonomi yang ditandai dengan Naiknya Harga BBM dan bahan-bahan pokok lainnya. Akhirnya Kasus Soeharto-pun Hilang ditelan bumi, Istana Cendana kembali menyetir arah perjalanan bangsa. Rakyat dibuat tak berdaya dengan gejolak-gejolak yang sedang terjadi. Demonstrasi berubah haluan, dari menuntut soeharto menjadi menuntut pemerintahan yang baru akan gejolak ekonomi yang sedang menyengsarakan rakyat. Bahkan ada sebagian rakyat yang mulai membandingkan masa kepemimpinan Soeharto dengan masa Reformasi sekarang. Pemerintah Reformasi dihujat dan Orde Baru dieluk-elukan. Keberhasilan Propaganda ini menjadikan Soeharto selamat untuk sementara, walaupun ada sebagian kecil rakyat dan mahasiswa yang tetap idealis meneriakan pengusutan tuntas kasus Mantan Presiden Soeharto, namun percikannya tak terlalu mengusik kalangan Istana Cendana.

Terakhir, adalah gejolak yang barusan terjadi di akhir Tahun 2007 dan awal tahun 2008 ini. Ketika Soeharto jatuh sakit dan kasusnya mulai diungkit lagi, Rakyat dikagetkan dengan tindakan Pemerintah yang kurang populis dengan memutus subsidi Kacang kedelai. Bahan baku pembuat tempe tahu ini merupakan konsumsi berjuta-juta rakyat Indonesia yang harganya murah meriah dipasaran, tiba-tiba melonjak dan sulit ditemui dipasaran.

Nah..Dengan merujuk perjalanan Reformasi yang baru berusia hampir 1 dekade ini serta berbagai gejolak yang terjadi, maka sangat mungkin persoalan Tempe tahu ini merupakan intrik Istana Cendana untuk mengalihkan perhatian rakyat dengan mengintervensi pemerintah agar memutus subsidi kacang kedelai. Urusan perut inilah yang coba disetting Istana Cendana agar Soeharto tak lagi diusik. walaupun gejolak ekonomi ini baru berusia beberapa minggu namun dampaknya secara politis akan kita lihat dalam beberapa hari kedepan. Seandainya gejolak ekonomi ini tak berhasil mengalihkan pandangan pemerintah dan rakyat, maka jangan kaget bila dalam waktu dekat akan muncul gejolak-gejolak baru (semoga tidak).

Diakhir tulisan ini, sekali lagi bahwa analisa yang saya paparkan diatas hanyalah sebuah kecurigaan terhadap eksistensi Keluarga Cendana yang selalu lolos dari jeratan hukum. Walaupun realitasnya ada beberapa orang dari Istana Cendana yang telah dipenjara dan dituntut atas berbagai kasus, namun buat saya itu hanyalah proses kambing Hitam untuk menyelamatkan aset-aset lainnya, dan tentunya sebagai tumbal keperkasaan Soeharto yang masih kharismatik dimata semua antek-anteknya.

Kita lihat saja, apakah disisa hidup Mantan penguasa Orde baru ini ada Presiden yang berani dan sukses mengusut tuntas kasus-kasusnya. Semoga ada..!! (ROE)

opini

11 Januari, 2008

SOEHARTO dan Keberanian SBY
oleh : Roe Salampessy

Mantan Penguasa Orde baru, HM.Soeharto kini tengah terbaring sakit di RS.Pertamina Jakarta, sebuah pemandangan yang sungguh memprihatinkan bagi seorang mantan Presiden yang berkuasa selama 32 tahun. Seseorang yang dulu dengan gagah menguasai negeri ini, yang mungkin dalam hidupnya tak pernah berpikir akan dijatuhkan oleh sebuah kekuatan rakyat yang dia marginalkan bertahun-tahun. Reformasi memang telah menumbangkannya dari tampuk kekuasaan, namun hingga kini proses hukum terhadap dirinya ibarat menangkap sebuah bayangan, sulit mencari celah dan cara untuk menghukumnya.

Semenjak mantan Jendral Besar ini tergelatak sakit beberapa waktu lalu, kasusnya kembali menjadi sorotan publik. Banyak polemik yang kemudian berkembang mengenai status hukumnya, apakah proses hukum terhadap dirinya perlu dilanjutkan atau tidak.? pro kontra dari kalangan politisi serta tokoh-tokoh masyarakat mewarnai opini di media cetak ataupun media elektronik. Partai GOLKAR misalnya, Lewat DPP-nya partai tersebut mengirim surat resmi kepada Presiden SBY agar memberikan kepastian hukum terhadap mantan Presiden Soeharto, dengan membebaskannya dari tuntutan Pidana karena yang bersangkutan dalam keadaan sakit dan tetap melanjutkan proses hukum perdatanya. Namun pernyataan DPP Partai Golkar ini tidak sejalan dengan Mantan Presiden Abdurahman wahid (Gus Dur) yang tetap meminta proses hukumnya tetap dilakukan.

Saya selaku orang awam yang buta di bidang Hukum, sungguh heran dengan kasus yang menimpa Mantan Presiden Soeharto ini. Kenapa orang yang nyata-nyatanya telah bersalah, sulit untuk di proses secara hukum. Bukankah Negara ini Negara Hukum yang menjunjung tinggi persamaan dimata Hukum terhadap siapa saja yang melakukan tindak kejahatan (baik Pidana maupun Perdata), entah itu seorang Presiden, pejabat Negara, rakyat kecil atau mantan Presiden sekalipun. Namun Khusus untuk kasus Mantan Penguasa ORBA ini banyak sekali kejanggalan-kejanggalan dalam proses peradilan, seakan-akan ada pihak yang dengan sengaja mensetting sebuah skenario, agar mantan Presiden Soeharto tidak sampai terbukti melakukan beragam Kejahatan dimasa kepemimpinannya.

Realitas negeri ini lagi-lagi membuat UUD 45 hanya sebagai kertas usang yang tak bermakna, TAP MPR NO.XI/1998 yang menjadi pijakan Pemerintahan Orde Reformasi untuk mengusut tuntas kasus Korupsi, kolusi dan nepotisme termasuk Kekayaan Mantan presiden Soeharto pun tidak memiliki roh, malah hanya sebagai Wacana Politik yang selalu diteriakan oleh Calon-Calon Presiden yang bertarung di Pemilihan Presiden yang lalu. Akhirnya proses hukum terhadap Mantan Penguasa ORBA ini terkatung-katung tak jelas arahnya, Soeharto Selalu lolos dari jeratan Hukum (baik Pidana maupun Perdata).

Ketidakberanian Pemerintahan SBY mengungkap kasus mantan Presiden Soeharto ini menambah daftar Buruknya Kinerja Pemerintah dalam 10 tahun Reformasi yang mengAgendakan pemberantasan KKN serta pengungkapan kasus-kasus lama yang terjadi pada masa Orde Baru. Dimulai dari Pemerintahan BJ.Habibie hingga SBY, pengusutan dan proses hukum terkesan Absurd, Semacam ada ketakutan dari para pemimpin bangsa ini untuk bertindak tegas dan konsisten terhadap hukum, akibatnya proses Hukum terhadap Mantan Presiden Soeharto berjalan ditempat. Proses peradilan ibarat sapi ompong, yang cuma beretorika namun takut beraksi.

Ada apa dengan negeri ini? saya mungkin satu dari sekian juta rakyat Indonesia yang buta di bidang Hukum yang merasa adanya Diskriminasi terhadap status hukum seseorang yang terjerat kasus pidana maupun perdata. Coba lihat realitas disamping kita, seringkali di media cetak ataupun elektronik kita melihat kasus kejahatan yang dilakukan oleh rakyat biasa yang penanganannya sungguh ironis. Bayangkan seorang kakek yang telah uzur melakukan tindakan kejahatan, apa yang terjadi.! tentulah kakek itu langsung dipenjara, tak peduli apakah yang bersangkutan sakit ataupun sudah tua renta. Ini mungkin hanya satu kasus diantara ribuan kasus yang penanganannya terkesan diskriminatif. Bukankah rakyat biasa juga adalah Warga Negara yang mempunyai kesetaraan dimata Hukum..!!! sementara Mantan Penguasa Negeri ini yang telah melakukan Kejahatan selama 32 tahun, baik kejahatan Kemanusiaan (kasus tanjung Priok, Malari, DOM Aceh, tragedi mei 98, dsb) ataupun kasus KKN yang telah terjadi bertahun-tahun di layani bak manusia Istimewa.

nah..! kasus Mantan Presiden Soeharto ini merupakan Tantangan buat Presiden SBY agar bertindak tegas dan adil. Karena SBY sendiri pernah berjanji dalam kampanye PILPRES tahun 2004 lalu bahwa akan mengusut tuntas kasus Penyalahgunaan Kekuasaan mantan Presiden Soeharto selama 32 tahun tersebut. Kita tunggu saja disisa Pemerintahan SBY yang kurang dari 2 tahun ini, apakah janji tersebut akan terbukti. Seandainya 2 tahun sisa ini tak terbukti langkah-langkah progresif yang ditempuhi pemerintahan SBY, maka Presiden SBY selayaknya dicatat dalam sejarah Indonesia sebagai Presiden penakut yang tidak berani menegakan keadilan dan kebenaran.!!! semoga tidak (Roe)

Renungan Awal Tahun

04 Januari, 2008

I Love you ALLAH
oleh : Roe Salampessy


Seandainya Neraka dan Surga tidak di ciptakan Allah, apakah manusia masih mau beribadah kepadanya..?

Subtitle atau sub judul diatas adalah sebuah kata-kata yang penulis lihat pada sebuah buku di emperan stasiun kereta api Tebet-Jakarta Selatan yang dijajakan oleh para pedagang buku. tanpa membaca isinya penulis termenung, mencoba memahami makna dari kata-kata tersebut yang membentuk sebuah pertanyaan mendasar buat kita sebagai seorang manusia.! begitu dalam kata-kata itu membuat saya larut sesaat dalam memahami Eksistensi saya sebagai seorang mahkluk yang diciptakan Allah, kemudian mencoba memahami eksistensi Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam. Subhanaullah.... pertanyaan itu sesaat menyadarkan saya, dalam artian bahwa saya hanyalah seorang hamba atau abdi (budak) yang begitu lemah dan kecil di hadapan sang pencipta dan penguasa alam semesta ini. Ternyata, kita sebagai manusia banyak yang beribadah karena takut masuk neraka dan keinginan menempati surga, bukan karena mencintai Allah dan bersyukur kepada-NYA.

Jujur, ketika membaca pertanyaan itu. Sesungguhnya saya tidak sanggup menjawabnya dan benar-benar malu dihadapan Allah. Selama ini ketakutan saya terhadap kengerian Neraka dan siksaan-siksaan fisik di Akherat kelak, hingga membuat bulu kuduk merinding bila membayangkan jilatan api neraka membakar seluruh tubuh kita. sadar ataupun tidak, kadang ketakutan inilah yang memotivasi kita untuk beribadah kepada Allah, atau juga kadang karena keinginan meraih surga dan pahala disisi Allah, sehingga tak jarang kita memperbanyak Ibadah (diperbanyak Shalat-shalat Sunat, Puasa Sunat, dan ibadah lainnya).

Coba renungkan kembali pertanyaan ini "seandainya Allah tidak menciptakan Surga dan neraka, apakah ada manusia yang mau beribadah kepadanya (menyembahnya)". Pertanyaan yang sangat sederhana dan terkesan seperti lelucon, namun saya yakin banyak manusia yang tak sanggup menjawabnya. Alasannya : Surga dan Neraka diciptakan saja, tetapi banyak manusia yang tidak beribadah kepadanya.!

Seandainya Pertanyaan itu kita perluas lagi seperti dibawah ini :
- Seandainya Allah Tidak menciptakan neraka dan surga, adakah yang mau menyembahnya..?
- Seandainya Tidak ada ganjaran apa-apa (pahala & dosa), adakah yang mau menyembahnya..?
- Seandainya Allah tetap mewajibkan Shalat dan Puasa, tanpa adanya Ganjaran, adakah yang mau menyembahnya...?
- Seandainya Allah menyuruh kita meyembahnya, tanpa diberi ganjaran, maukah kita menyebahnya...?
Itulah sederet pertanyaan sederhana, diantara pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin masih ada.!

Namun lewat perenungan singkat ini, saya mencoba memahami Surah Al-Ikhlas yang menjelaskan tentang makna Tauhid atau keesaan Allah SWT. Mungkin (cuma presepsi saya), bahwa Surah ini benar-benar mengajarkan kita tentang Ke-Ikhlasan kita sebagai seorang Hamba ciptaan-NYA yang harus meyembah-NYA tanpa harus mengharapkan apa-apa.! benar-benar Ikhlas, seikhlas-ikhlasnya. Bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang Esa, tidak diperanak dan diperanakan, tidak makan, minum,tidur, dan tidak sama dengan mahkluk ciptaan-NYA. Nah Keikhlasan inilah yang buat saya sungguh merupakan sifat langka yang ada pada diri manusia. Karena ternyata kita belum Ikhlas dalam makna yang sebenarnya untuk tunduk dan patuh pada kekuasaanya.

Marilah kita berharap dan terus berharap dan belajar mengintrofeksi diri, Sudakah kita mencintai Allah dengan Ikhlas seikhlas-ikhlasnya. semoga Kecintaan kita Kepada Allah bukan karena ketakutan akan neraka dan pengharapan surga.! Beribadahlah kepada Allah hanya semata-mata mengharap ridhonya.. amien.

Sekali lagi, buat siapa saja jawablah pertanyaan-pertanyaan tadi dengan merenungi diri kita yang sangat tidak ada apa-apanya di hadapan ALLAH SWT.
" Seandainya Allah Tidak menciptakan Neraka dan Surga, Apakah ada yang mau menyebahnya".... waullahualambishawab..(ROE)